Friday, December 28, 2012

Resolusi 2013

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah itu Maha Malu dan Maha Pemurah. Allah malu jika ada seseorang yang menengadahkan kedua tangan kepada-Nya tapi kemudian menolaknya dengan tangan hampa” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah). 
Dengan demikian ya Rabb, dengan kedua tangan ini aku meminta dan berdoa, semoga Engkau memudahkan, melancarkan, dan mengabulkan.
Bismillahhirrahmanirrahim

  1. Seminar di bulan Januari 2013
  2. Sidang satu minggu setelah seminar, dan langsung lulus di sidang pertama (Januari broooo..)
  3. revisi 1 minggu cukup, terus ngurus SKL, dan kita LULUS di Februari 2013
  4. terbit Nisa Magz bulan Januari 2013, tunggu ya
  5. Februari--> iPhone, I'm coming..
  6. Memiliki partner yang solid di Nisa Magz dan bisa memberikan gaji minimal 3juta per bulan
  7. buku Sinema Akhir Mahasiswa (SAM!) terjual MINIMAL 300 eksemplar, bulan Februari
  8. 2'nd edition Nisa Magz bulan April dan selanjutnya terbit per tiga bulan, dan meningkat menjadi per satu bulan, Bismillah
  9. Iklan di Nisa Magz MINIMAL 50 juta
  10. Punya iPad dan MacBook Pro
  11. ATD sudah menerbitkan MINIMAL 5 buah buku (April)
  12. April--> akhirnya gua Wisuda mamen (bareng Endah, Erik, dan banyak teman2 matematika 45 lainnya) #IniHariku
  13. Bulan Mei udah punya tabungan 25 juta
  14. Punya toko sepatu/on line shop sepatu
  15. Menikah bulan Juni, tanggal 16. semoga Engkau menyempurnakan agama kami ya Rabb.
  16. UMROH
  17. Punya mobil, kalo gak mini cooper, nissan juke juga boleh..*(^_^)*
  18. Bayarin uang masuk kuliah Nafis..Bismillah..
  19. Punya SLR, Canon EOS 5D
  20. Belajar InDesaign dan aku BISA
  21. Perdalam ilmu editing film..belajar..belajar..><
  22. Sudah bisa transfer uang ke mama

Saturday, December 15, 2012

Part 1/9 Gabuk Sirkal-Burung Berkerangka Bambu


Matahari tinggi menjulang diantara langit biru Kalimantan, menemani aku, amoy, dan papa yang sedang mendorong gerobak untuk mengambil gabuk di daerah yang kami sebut sirkal. Sudah menjadi suatu kebiasaan didaerah kami untuk mengambil gabuk apabila tanah sudah sangat turun dan sudah tidak nyaman untuk dipijaki. Siang itu, aku dan adikku amoy duduk diatas gerobak yang didorong oleh papa menuju sirkal. Aku yang bertubuh kecil dan amoy yang tidak jauh berbeda ukuran tubuhnya denganku duduk sambil menatap langit biru yang dihiasi burung-burung berkerangka bambu. Entah apa yang kami celotehkan, tapi imajinasi kami terbang kemana-mana sambil menatap langit yang banyak diterbangi burung berkerangka bambu itu. aku yang masih duduk dikelas tiga SD berpikir ingin sekali terbang dengan menghayalkan diri sebagai burung berkerangka bambu. Seperti layaknya film doraemon yang setiap minggu pagi pukul sembilan aku tonton dengan adik-adikku, aku juga ingin terbang seperti nobita bersama baling-baling bambunya. bedanya kali ini adalah aku terbang seperti burung berkerangka bambu yang kulihat penuh warna kala itu.
Jauh sudah imajinasiku, akhirnya kami hampir sampai di negeri tujuan kami, sirkal. Terlihat jelas, tak jauh dari gerobak yang masih berjalan didorong papa kami melihat para pekerja disana sedang menghaluskan kayu dengan alat yang sungguh nyaring bunyinya ketika menyentuh kulit kayu tersebut. Dari alat itu banyak sekali gabuk yang berjatuhan. Entah kenapa, aku sangat menyukai bunyi alat itu. Walaupun bunyinya memekakkan telinga, tapi aku bisa sambil tersenyum mendengarkannya.
Akhirnya kendaraanku dan amoy pun berhenti tepat di pintu masuk pabrik kayu tersebut. Papa pun mengangkat tubuh kami agar bediri, mengisyaratkan agar kami segera keluar dari gerobak yang mengangkut kami tadi. sambil diiringi canda, papa dan pemilik pabrik tersebut terlihat akrab dengan obrolannya. tak lama, papa mengambil sekop yang tergeletak didekat pintu gerbang menandakan pengangkutan kami akan segera dimulai. Melihat papa mengangkut gabuk dengan sekop milik pabrik tersebut, membuat aku dan amoy pun tak mau kalah untuk mengambil gabuk dengan tangan kami. Tak terasa gabuk yang tadi kami kumpulkan, sudah menggunung tinggi diatas gerobak yang tak dapat aku dan amoy tumpangi lagi dikala pulang. sambil ikut mendorong gerobak, aku dan amoy memohon untuk mampir di warung penjual gulali. tak disangka permohonan kami kontan dikabulkan, mungkin sebagai hadiah karena telah menemani papa di siang yang terik itu.